Manufacture keris was art bale of metal forging from iron , steel, and pamor. Since long ago keris had occupy at Javanese live as status symbol , part of traditional clothe, and legacy from forefather cultural. But finally the progress of keris was slowly and in fact to stuck. its offer opinion , telling story, and show many keris collection for let be learn.
Tuesday, October 23, 2012
Monday, October 22, 2012
Saturday, September 22, 2012
Friday, September 21, 2012
Keris Pamor Singkir ?
Friday, September 14, 2012
Thursday, June 14, 2012
Tuesday, June 12, 2012
Sunday, June 10, 2012
Saturday, June 9, 2012
Tuesday, May 8, 2012
Blakas apa wedhung ya ?
Side 1 |
side 2 |
alat kerja adat |
Sunday, May 6, 2012
Kelewang Sasak
profile |
sor-soran |
ujung bilah |
hulu |
Hulu pedang dari tanduk kerbau berukir dan warangka dibungkus perak.
Saturday, May 5, 2012
Pedang Kalawijan
profile |
tampilan lengkap |
tampilan lengkap |
ligan |
close up sor-soran |
Pedang ini merupakan bentuk kalawijan karena mempunyai kembang kacang , ganja iras dan pejetan.
Pamor meteorit membentuk pola gedhong renteng yang mengandhung harapan kuat kebandhan ( berlimpah rizqi ) diperkirakan dibuat jaman Mataram. Dhedher Rajamala mondholan dan warangkanya terbuat dari cendana wangi.
Saturday, March 24, 2012
cerita 9 , ganja
Ganja ... Yang Dilarang dan Tidak
Sebul leyeh - leyeh di
lincak pekarangan yang ada pohon matoa yang brindhil daunnya dimakan uler
srengenge. Sepoi angin membawa harumnya dedaunan kering yang digelar di kertas
koran, hmm... melegakan hati. Satu dua isapan rokok lintingan dia nikmati ,
kebul ... kebul ... dan kebul. Tiba – tiba datang Palet, seperti biasa muka
suntrut menyertainya, tanpa basa basi nyelonong masuk pekarangan dengan membawa
sejuta rasa bingung.
Sebul :
Oo ... Kang Palet , mari duduk sini kita omong – omong kosong !
ini lho menikmati lintingan sendiri .
Palet :
Ngawur kamu , siang begini
nglinting di pekarangan, ganja sebanyak itu digelar terbuka tanpa tedeng aling
– aling. Ditangkap polisi baru tahu rasa !
Sebul :
Ngawur, ini bukan ganja yang
aku linting mbako Srinthil Boyolali yang di jemur itu teh yang kewutahan
wedang. Makanya aku leyeh leyeh di sini sambil nunggu teh itu kering lagi
makanya aku suruh Kakang mampir biar ikut menikmati teh Tambi ini !
Kelihatannya sudah kering , biar disedu istriku dulu dan mari kita nikmati.
Palet :
Wah, maaf telah berprasangka
buruk, ini lho aku dari counter tosan aji di pasar, eh ada macam - macam bentuk
ganja ya ada yang aku beli untuk ngganti yang sudah prothol.
Sebul :
Wah bagus itu ! Mari Kang
kita lihat satu persatu ! Nah ini yang namanya Ganja kelap lintah , bentuknya
melengkung bagian kepet dan cocornya, lucu seperti posisi lintah berenang ,
yang ini wilud seperti kelap lintah tapi kepetnya tidak nyunthang gelung ke
atas tetapi searah dengan cocornya. Sedangkan yang badannya bila dilihat dari
bentuk atasnya dlujur lurus ini namanya bathok mengkureb , dan yang ujungnya
agak menjuntai ke bawah namanya sebitrontal.
Palet :
Ntar dulu , yang disebut
cocor itu bagian yang depan ? dilengkukan belakang kepala ini disebut gulu
melet , trus yang paling gendut namanya wetengan dan bagian belakangnya adalah
sebitron dan kepet.
Sebul :
Naaah pinter ! sekarang
perhatikan bentuk kepetnya ada dua macam yakni yang papak mbuntut urang, dan
yang lancip nguceng mati, demikian juga cocornya dibedakan dengan menter, woh
mlinjo dan lancip.
Palet :
Lha gulu meletnya kok ada
yang landhung panjang dan ada yang sengkek pendek ?
Sebul :
Biasanya bentuk ganja masing
– masing menjadi ciri tangguh tertentu atau Mpu tertentu. Contohnya bentuk
ganja yang mbuweng dengan bagian bawah yang oval tidak tajam, dann terlihat
bagaian bawah lebih tebal dari pada atasnya kebanyakan terdapat pada tangguh
Singasari. Sedangkan tangguh Pasundan sepuh akan menampilkan ganja yang lebih
tinggi.
Palet :
Kalau menurut tampilan pamor
pada ganja apa yang bisa dibedakan ?
Sebul :
Yang berlapis memanjang
sepanjang ganja disebut ganja maskumambang , bila pamornya melintang dinamakan
ganja sampir, sedangkan bila pamor tersebut memenuhi disebut ganja sekar, dari
tampilan pamor pada ganja ini orang dapat memperkirakan jenis pamor yang ada
pada bilah keris.
Palet :
Lha ini kok nggak ada apa
apanya ? dan satu keris di rumahku kok ganjanya langsung dari bilahnya ?
Sebul :
Itu ganja wulung , sengaja
dibuat dari besi luluhan tanpa pamor , biasanya dibuat untuk melengkapi keris
yang ganjanya hilang atau karena ganjanya dibuat bahan keris putran pusaka
tertentu. Sedangkan ganja yang dibuat berikut bilahnya dinamakan ganja asihan
ada yang menyebut ganja iras.
Palet :
Wah klo begitu tidak perlu
aku lepas, pantesan nggak bisa ! Wis ya Dhi aku tak bali , trims teh hitamnya.
Kasihan Kang Palet ,
jalannya tertatih – tatih, beban keluarganya banyak, urusan pelestarian tosan
aji masih saja dicampuir dengan dapur, yang seringkali keblondrok diakali
orang, demikian kira kira dalam benak Sebul , yang mulai nglekar sambil bul ...
ssssb.... bul .... ssssb .. bul .
oo0oo
Ganja |
Ganja wilut |
ganja wuwung |
Ganja dan pesi |
Gabja Kinatah |
Friday, March 23, 2012
Cerita 8 , Pamor ....
Pamor Dan Pamer Pamor
Sungguh pemandangan yang
mengherankan, suatu malam empat orang yang
setengah tua dan tidak menyadari
bahwa telah memiliki banyak anak. Mereka berunding untuk menelaah tosan aji
yang mereka bawa, dan tempatnya tidak lazim yakni di cakruk ( pos jaga malam )
sambil menunggu giliran keliling kampung. ribut jelas terjadi sebab berawal dengan
bayangan pemikiran masing masing yang dipaksakan untuk diakui. Dan tidak ada
penengah yang kompeten. Adanya adu keras suara agar tambah hot, ada yang meyakinkan bahwa kepunyaanya yang
paling bagus dan tersohor. Seperti apa ya ?
Palet :
Ini aku bawakan tombak karya Empu Supa
pamornya pedaringan kebak dan ada udan
mas tibannya , ini baru pantas dipusakakan. Mau dibandingkan dengan tombak
Sengut boleh saja , kepunyaan dia kan menang besar saja, lajer dan pamornya
tidak jelas pesinya mulus banget. Itu kan baru dibeli dari kaki lima dan asal
mulanya tidak meyakinkan.
Sengut :
Cari maksiat ? Biarpun aku
sering melakukan kesalahan dalam etika tosan aji, tapi kali ini kamu yang
keliru ! Memang saya akui ini tombak baru tapi digarap oleh Mpu masa kini ya
jelas masih mulus dan aku memang pesan dengan menggunakan pakem yang benar dan
pamor yang digarap rapi. Ini tombak naga penganten saya memesan dengan meniru
milik kolektor top nasional dan sudah seijin beliau , sehingga Sang Empu berkenan
mengerjakan bahkan pamornya dibuat lar gangsir yang susah untuk pengerjaannya.
Yang kedua aku tidak mau mencari cacat tombak pusakamu yang aku sayangkan
hanyalah sikap cerobohmu dalam mempusakakan tosan aji, lihat saja kebetulan aku
juga membawa tombak dengan dapur yang sama , kelihatannya besarnya sebanding
tapi perhatikan, luk nya ada tiga belas sedangkan kepunyaanmu tinggal sebelas,
terus methukmu juga sudah hilang, herannya kamu mau , dan bodohnya kamu percaya
kepada pedagang keris dengan membabi buta , sehingga percaya saja kalau itu
dikatakan dari Empu top. Padahal sudah banyak bukti bahwa karya Mpu Supa itu
bukan produk massal, bahkan penggarapannya juga tidak ceroboh. Hanya dengan
modal hafal cerita pedagang , kamu mau pamer kepandaian ? malu dong !
Sebul :
Jeralah kamu , Kang Palet ? Sekarang Sengut sudah
mau belajar sehingga tiba tiba bisa mengutarakan kebenaran , lain dari kebiasaannya
yang pembohong.
Palet :
Haiyah , itu kan karena
kermasukan setan ahli , sehingga dia bisa berkilah seperti itu !
Merdhah :
Soal ilmu eksoteri tidak
membutuhkan ritual kemasukan , cobalah berani mengakui kekurangan diri sendiri
. Kalau tidak mau belajar ya tertinggal oleh yang lainnya , ini kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi . Meskipun kita bisa membandingkan bahwa jaman dulu
serba terbatas , seorang Mpu harus memilah pasir besi sendiri , mengumpulkan
kayu bakar yang nyalanya stabil terus mencari penempa yang mau berkarya sambil
puasa dan diajak bersusah payah belajar , sehingga terjadi learning by doing bagi para panjak. Belum lagi untuk mendapatkan
bahan pamor, biasanya mereka menggunakan bahan dari batu meteor dengan
memisahkan unsur nikel , dan titanium dari unsur mineral non logam lain , kalau jaman sekarang sudah ada tambang
nikel secara khusus sehingga sudah pantas kalau tosan aji karya saat ini lebih
kaya pamor . Sehingga dapat ditandai tangguh jaman tertentu dengan melihat
komposisi pamor dan blak secara umum.
Palet :
Bukankah menyelamatkan karya
Mpu jaman dahulu juga merupakan usaha pelestarian budaya ? Dan aku juga punya
yang pamornya hanya ada di bungkul, bagian lain tidak.
Merdhah ;
Benar, tapi jangan
mempengaruhi orang bahwa keris itu buatan Mpu tertentu seperti cerita penjual
keris, kita bedakan antara gosip dengan pendekatan generalisasi estimasi
darimana asal keris. Sedangkan kerismu itu namanya berpamor triman artinya
dibuat dalam kondisi persediaan pamor yang minim, tetapi ada juga yang karena
aus pada bilah atasnya sehingga hanya tinggal di bagian bawah.
Sebul :
kepunyaanku ada pamor yang
berbeda pada setiap sisi bilahnya. Ini yang dapur Sengkelat pamor depannya
blarak sineret sedangkan bilah sebaliknya berpamor ron genderu. Sementara yang
lain berdapur Jalak sangu tumpeng dengan sisi bilah depan tanpa sogokan sedangkan
di baliknya ada sogokan rangkap, jadi kalau dihadapkan kekiri berdapur jalak
sangu tumpeng tapi kalau dihadapkan ke kanan berdapur apa ya ?
Merdhah :
Coba aku ikut melihat ! Aku
pakai kaca pembesar ya ! Waah ... tingkat ausnya pada sogokan dengan bagian
yang lain kok sangat berbeda, maaf agaknya keris ini sudah diubah satu sisi.
Dan kalau kita memakai prinsip bahwa keris dibuat dalam satu dhapur , maka
keris dengan dua identitas agak jauh dari pakem . Sedangkan keris sengkelatmu
ini memang langka pamornya , namanya tangkis dan itu masih ada pakemnya.
Sengut :
Lha itu ada pamor yang
muncul satu titik dan lebih mengkilat itu
apa ? Ceblokan baru ya ?
Merdhah :
Pamor ceblokan memang
disusulkan tetapi berwujud pola tertentu atau lambang tertentu yang sengaja
dipesan oleh pemiliknya, adapun bagian pamor yang nampak lebih mengkilat itu
disebut munggul pamor , terjadi karena kerasnya bahan pamor ketika ditempa dan tidak
menggabung pada besi dan pamor yang lain sehingga terlihat nengil begitu
sementara bahan di sekelilingnya sudah aus termakan usia .
Sebul :
Jadi pamor itu ada yang
direncanakan dan ada yang tidak ? Seperti kepunyaan Kang Palet yang katanya ada
pamor tiban, kemudian munggul pamor sedangkan pamor rekan seperti pada
sengkelatku.
Sengut :
Ya memang ada yang disebut
anukarta dan jewalana, namun dari segi teknik ada yang dinamakan pamor mlumah
seperti pedaringan kebak, udan mas dan yang bulat bulat lainnya, sedangkan
pamor miring seperti irisan contohnya adeg, mrambut, ujung gunung, abala raja,
lar gangsir, jarot asem, blarak sineret, naga rangsang , dan lain lainnya.
Palet :
Lha kalau yang namanya raja
gundala itu apa seperti ini ? di bagian sor-soran keris ini ada gambar mirip
Mchael Jackson , nih lihat hebatkan, ternyata kerisku sudah go public.
Sebul :
Wah , penyakit sok nya
Sengut berpindah ke Kang Palet, setahuku yang namanya pamor raja gundala itu
menunjuk gambaran yang jelas tentang hewan maupun sosok manusia , syaratnya
tiban, dan cara melihatnya bukan dengan
mempengaruhi orang lain. Coba saja kalau
seratus orang disuruh melihat tanpa diembel - embeli cerita dari
pemiliknya, kemudian setiap orang tersebut mengatakan hal yang sama dari yang
dilihatnya , barulah kita menyebut sebagai raja gundala. Bukan mengada ada
maupun dipaksakan sama.
Merdhah :
Ada juga pamor yang diolah lagi
, artinya terjadi mis product antara lain pamor yang nerjang landep, pegat
waja , dan pamor yang memilki gambaran buruk , seperti pamor tundhung , endhas
baya , dan lain lain. Hanya sayang sekarang banyak yang tidak mau mendaur
ulang, bahkan memanfaatkan ketidaktahuan orang
kemudian ditawarkan ke orang dibumbui dengan cerita misteri agar laku.
Sebul :
Sebentar kang, sebenarnya
fungsi pamor itu apasih ? mengapa sulit dicari informasinya ?
Merdhah :
Inilah yang membedakan budaya tosan aji dengan
industri senjata yang lain. Bila senjata dibuat dengan bahan baja murni maka akan
mudah patah. Sedangkan bila besi saja akan kuat tetapi majal , disinilah letak
seni penempaannya dengan bahan pamor yang berlapis lapis kemudian akan nampak
bagian keindahannya , belum lagi macam – macam ricikan yang semakin meningkatkan
kualitas seninya.
Sengut :
Bagaimana dengan keris
kodian tetapi sandangannya mubyar bahkan ditretes berilan , atau keris kodian
kemudian oleh pemiliknya disrasah emas sembilan bagian bahkan adapula keris
pesanan pande kemudian dibuat kinatah kamarogan, itu juga meningkatkan kualitas keris ?
Merdhah :
Kalau disimpan untuk
pelestarian tidaklah mengapa , tetapi kalau untuk mempengaruhi orang lain
dengan maksud tertentu , terutama dalam meninggikan harga keris, jelas kurang
etis.
Palet :
Pamor jenis apa yang paling
bagus ?
Sebul :
Tergantung dari kuantitas
maupun kualitas penggarapan pamor itu ,
dan disesuaikan dengan cita – cita pemesannya,
dan kalau keris lama yang mengalami estafet generasi puluhan kali juga
akan melihat keutuhannya. Semakin jarang kita jumpai jenis pamor tertentu
karena sulit penggarapannya biasanya akan bagus efeknya.
Palet :
Orang yang suka pamer pusaka
kalau ada pameran budaya itu bagaimana ? kok kelihatannya bersaing dalam srasahan
emas ?
Sebul :
Ada bagusnya jor joran
kinatah , berarti penggemar tosan aji itu memberikan apresiasi kepada
masyarakat bahwa mereka benar benar menikmati dari adiluhungnya sebuah karya
budaya, yang aku kurang setujui kalau orang pameran tosan aji tetapi dengan
tujuan komersial. Menurutku lebih baik kalau mereka membuka galeri yang
mengkhususkan bursa tosan aji. Keris yang bagus belum tentu kinatah kamarogan,
Coba saja kita lihat pusaka kraton KK Bontit dan KK Jaka Piturun kelihatannya
diberi hiasan sederhana panji wilis pada gandhiknya , meskipun berpendhok emas.
Palet hanya menahan liurnya yang hampir jatuh setelah
terbayang pendhok emas yang mendekati tiga ons itu kalau dihitung berapa banyak uang ? Indah memang , mahal tentunya. Dan akhirnya sang air liur pun
membanjir menerjang gigi gingsul nya
kemudian ngeces ... ces ... ces.
oo0oo
Thursday, March 22, 2012
Cerita 7, Boleh ....
Boleh Dan Tidak Boleh
Giliran yang sama anak – anak pun berdiskusi
, berhubung tanpa moderator dan agenda sidang yang jelas , so pasti ribut dan
eyel - eyelan untuk mendapatkan predikat the best. Manfaat yang didapat sudah bergeser
dari angan – angan mereka.
Sengut :
Boleh ikutan lihat pusaka
yang kamu bawa , Dhi ? Warangkanya nganeh anehi , barang pinjaman ya ? Kelihatannya
aku tahu pemiliknya.
Palet :
Pinjam kok main rebut , dan
langsung diunus, tidak menghargai pemiliknya
apalagi main tuduh yang
nggak – nggak. Sopan dong !
Sengut :
Lha ini kan dulu pernah
dibawa temanku dan katanya kepunyaannya yang mau dimaharkan, dan aku sempat
menawarnya. Aku dibilang tidak sopan memang dimana kekeliruanku ? Toh tidak ada
aturan tertulis tentang melihat keris orang.
Sebul :
Biasa , Kang Sengut ... dulu
juga ngenyek keris kesayanganku dengan mencela sana – sini.
Merdhah :
Ada normanya dalam pergaulan
masyarakat tentang tosan aji yang dilanggar oleh Kang Sengut dalam
memperlakukan pusaka orang dengar ya :
Pertama : Meminjam
keris hendaklah dengan ijin pemiliknya, dan diterima
dan diserahkan dengan menggunakan kedua tangan serta
berhadapan.
Kedua
: Keris haruslah dilolos dengan
tangan kanan memegang ukiran ,
tangan kiri menarik warangka sampai seluruh bilah terlihat, baru
bisa di perhatikan ricikan dan lain lainnya. Untuk mengembali-
kannya dilakukan hal yang sama, dalam proses berbalik. Menarik
bilah dengan tangan kanan sementara warangka diam tidak dige-
rakkan namanya ngunus keris mau mengajak berkelahi.
Ketiga
: Jangan memberikan penilaian
apapun terhadap keris orang lain
Kecuali bila diminta oleh pemiliknya.
Nah coba praktekkan saja
dari cara menerima sampai nglolos pusaka akan tampak serasi dalam melanjutkan
pembicaraan !
Sengut :
Oke maaf dech , begini betul nggak ? Rasanya kok wagu ya, lebih gagah
kalau nglolosnya kayak para samurai di pilem Jepang.
Sebul :
Lha sampeyan mau ngajak
gelut aku apa ? Kok malah ujungnya di acung – acungkan ke muka saya, risih tahu
?
Sengut :
Waloah, salah lagi . Oke
ujungnya aku pegang dengan jari telunjuk dan jempol kiri tangan kanan tetep
pegang pada ukiran, trus mata mendelik mengamati, bener kan ? Trus untuk
mendengar bunyinya bagaimana ?
Palet :
Tak balang sandhal sisan ,
itu keris bukan ringtone , kok saya ngawur ! pakai dithinthing memangnya
sampeyan tukang laras gamelan wong kelihatannya telinga sampeyan wis rada
kurang.
Sengut :
Wadhuuh , sewot ya wis
mangga tak aturke meneh , begini betul kan ?
Merdhah :
Nah , coba praktekan yang
benar, dengan begitu kita menunjukkan penghargaan kita terhadap pemiliknya !
Sebul :
Wah, kemarin Kang Sengut baru saja membeli
warangka baru sunggingan alas alasan dengan dasar putih, itu untuk para raja
kan ?
Merdhah :
Benar dan banyak yang
menjadi wewaler , contohnya warangka timaha bosokan, pendhok tretes rinaja
warna, kemalo merah adan banyak lagi. Kalau sudah diingatkan begini masih juga
ndableg memakainya pasti akan ada panyaruwe dari orang lain dan kalu itu di depan
khalayak , kok sungguh memalukan.
Sengut pun clula – clulu
pura – pura tidak memperhatikan kalimat yang terakhir. Entah malu atau tidak
punya malu, dan kita hanya bisa gedheg , gedheg, ... gedheg.
oo0oo
Subscribe to:
Posts (Atom)