Pamor Dan Pamer Pamor
Sungguh pemandangan yang
mengherankan, suatu malam empat orang yang
setengah tua dan tidak menyadari
bahwa telah memiliki banyak anak. Mereka berunding untuk menelaah tosan aji
yang mereka bawa, dan tempatnya tidak lazim yakni di cakruk ( pos jaga malam )
sambil menunggu giliran keliling kampung. ribut jelas terjadi sebab berawal dengan
bayangan pemikiran masing masing yang dipaksakan untuk diakui. Dan tidak ada
penengah yang kompeten. Adanya adu keras suara agar tambah hot, ada yang meyakinkan bahwa kepunyaanya yang
paling bagus dan tersohor. Seperti apa ya ?
Palet :
Ini aku bawakan tombak karya Empu Supa
pamornya pedaringan kebak dan ada udan
mas tibannya , ini baru pantas dipusakakan. Mau dibandingkan dengan tombak
Sengut boleh saja , kepunyaan dia kan menang besar saja, lajer dan pamornya
tidak jelas pesinya mulus banget. Itu kan baru dibeli dari kaki lima dan asal
mulanya tidak meyakinkan.
Sengut :
Cari maksiat ? Biarpun aku
sering melakukan kesalahan dalam etika tosan aji, tapi kali ini kamu yang
keliru ! Memang saya akui ini tombak baru tapi digarap oleh Mpu masa kini ya
jelas masih mulus dan aku memang pesan dengan menggunakan pakem yang benar dan
pamor yang digarap rapi. Ini tombak naga penganten saya memesan dengan meniru
milik kolektor top nasional dan sudah seijin beliau , sehingga Sang Empu berkenan
mengerjakan bahkan pamornya dibuat lar gangsir yang susah untuk pengerjaannya.
Yang kedua aku tidak mau mencari cacat tombak pusakamu yang aku sayangkan
hanyalah sikap cerobohmu dalam mempusakakan tosan aji, lihat saja kebetulan aku
juga membawa tombak dengan dapur yang sama , kelihatannya besarnya sebanding
tapi perhatikan, luk nya ada tiga belas sedangkan kepunyaanmu tinggal sebelas,
terus methukmu juga sudah hilang, herannya kamu mau , dan bodohnya kamu percaya
kepada pedagang keris dengan membabi buta , sehingga percaya saja kalau itu
dikatakan dari Empu top. Padahal sudah banyak bukti bahwa karya Mpu Supa itu
bukan produk massal, bahkan penggarapannya juga tidak ceroboh. Hanya dengan
modal hafal cerita pedagang , kamu mau pamer kepandaian ? malu dong !
Sebul :
Jeralah kamu , Kang Palet ? Sekarang Sengut sudah
mau belajar sehingga tiba tiba bisa mengutarakan kebenaran , lain dari kebiasaannya
yang pembohong.
Palet :
Haiyah , itu kan karena
kermasukan setan ahli , sehingga dia bisa berkilah seperti itu !
Merdhah :
Soal ilmu eksoteri tidak
membutuhkan ritual kemasukan , cobalah berani mengakui kekurangan diri sendiri
. Kalau tidak mau belajar ya tertinggal oleh yang lainnya , ini kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi . Meskipun kita bisa membandingkan bahwa jaman dulu
serba terbatas , seorang Mpu harus memilah pasir besi sendiri , mengumpulkan
kayu bakar yang nyalanya stabil terus mencari penempa yang mau berkarya sambil
puasa dan diajak bersusah payah belajar , sehingga terjadi learning by doing bagi para panjak. Belum lagi untuk mendapatkan
bahan pamor, biasanya mereka menggunakan bahan dari batu meteor dengan
memisahkan unsur nikel , dan titanium dari unsur mineral non logam lain , kalau jaman sekarang sudah ada tambang
nikel secara khusus sehingga sudah pantas kalau tosan aji karya saat ini lebih
kaya pamor . Sehingga dapat ditandai tangguh jaman tertentu dengan melihat
komposisi pamor dan blak secara umum.
Palet :
Bukankah menyelamatkan karya
Mpu jaman dahulu juga merupakan usaha pelestarian budaya ? Dan aku juga punya
yang pamornya hanya ada di bungkul, bagian lain tidak.
Merdhah ;
Benar, tapi jangan
mempengaruhi orang bahwa keris itu buatan Mpu tertentu seperti cerita penjual
keris, kita bedakan antara gosip dengan pendekatan generalisasi estimasi
darimana asal keris. Sedangkan kerismu itu namanya berpamor triman artinya
dibuat dalam kondisi persediaan pamor yang minim, tetapi ada juga yang karena
aus pada bilah atasnya sehingga hanya tinggal di bagian bawah.
Sebul :
kepunyaanku ada pamor yang
berbeda pada setiap sisi bilahnya. Ini yang dapur Sengkelat pamor depannya
blarak sineret sedangkan bilah sebaliknya berpamor ron genderu. Sementara yang
lain berdapur Jalak sangu tumpeng dengan sisi bilah depan tanpa sogokan sedangkan
di baliknya ada sogokan rangkap, jadi kalau dihadapkan kekiri berdapur jalak
sangu tumpeng tapi kalau dihadapkan ke kanan berdapur apa ya ?
Merdhah :
Coba aku ikut melihat ! Aku
pakai kaca pembesar ya ! Waah ... tingkat ausnya pada sogokan dengan bagian
yang lain kok sangat berbeda, maaf agaknya keris ini sudah diubah satu sisi.
Dan kalau kita memakai prinsip bahwa keris dibuat dalam satu dhapur , maka
keris dengan dua identitas agak jauh dari pakem . Sedangkan keris sengkelatmu
ini memang langka pamornya , namanya tangkis dan itu masih ada pakemnya.
Sengut :
Lha itu ada pamor yang
muncul satu titik dan lebih mengkilat itu
apa ? Ceblokan baru ya ?
Merdhah :
Pamor ceblokan memang
disusulkan tetapi berwujud pola tertentu atau lambang tertentu yang sengaja
dipesan oleh pemiliknya, adapun bagian pamor yang nampak lebih mengkilat itu
disebut munggul pamor , terjadi karena kerasnya bahan pamor ketika ditempa dan tidak
menggabung pada besi dan pamor yang lain sehingga terlihat nengil begitu
sementara bahan di sekelilingnya sudah aus termakan usia .
Sebul :
Jadi pamor itu ada yang
direncanakan dan ada yang tidak ? Seperti kepunyaan Kang Palet yang katanya ada
pamor tiban, kemudian munggul pamor sedangkan pamor rekan seperti pada
sengkelatku.
Sengut :
Ya memang ada yang disebut
anukarta dan jewalana, namun dari segi teknik ada yang dinamakan pamor mlumah
seperti pedaringan kebak, udan mas dan yang bulat bulat lainnya, sedangkan
pamor miring seperti irisan contohnya adeg, mrambut, ujung gunung, abala raja,
lar gangsir, jarot asem, blarak sineret, naga rangsang , dan lain lainnya.
Palet :
Lha kalau yang namanya raja
gundala itu apa seperti ini ? di bagian sor-soran keris ini ada gambar mirip
Mchael Jackson , nih lihat hebatkan, ternyata kerisku sudah go public.
Sebul :
Wah , penyakit sok nya
Sengut berpindah ke Kang Palet, setahuku yang namanya pamor raja gundala itu
menunjuk gambaran yang jelas tentang hewan maupun sosok manusia , syaratnya
tiban, dan cara melihatnya bukan dengan
mempengaruhi orang lain. Coba saja kalau
seratus orang disuruh melihat tanpa diembel - embeli cerita dari
pemiliknya, kemudian setiap orang tersebut mengatakan hal yang sama dari yang
dilihatnya , barulah kita menyebut sebagai raja gundala. Bukan mengada ada
maupun dipaksakan sama.
Merdhah :
Ada juga pamor yang diolah lagi
, artinya terjadi mis product antara lain pamor yang nerjang landep, pegat
waja , dan pamor yang memilki gambaran buruk , seperti pamor tundhung , endhas
baya , dan lain lain. Hanya sayang sekarang banyak yang tidak mau mendaur
ulang, bahkan memanfaatkan ketidaktahuan orang
kemudian ditawarkan ke orang dibumbui dengan cerita misteri agar laku.
Sebul :
Sebentar kang, sebenarnya
fungsi pamor itu apasih ? mengapa sulit dicari informasinya ?
Merdhah :
Inilah yang membedakan budaya tosan aji dengan
industri senjata yang lain. Bila senjata dibuat dengan bahan baja murni maka akan
mudah patah. Sedangkan bila besi saja akan kuat tetapi majal , disinilah letak
seni penempaannya dengan bahan pamor yang berlapis lapis kemudian akan nampak
bagian keindahannya , belum lagi macam – macam ricikan yang semakin meningkatkan
kualitas seninya.
Sengut :
Bagaimana dengan keris
kodian tetapi sandangannya mubyar bahkan ditretes berilan , atau keris kodian
kemudian oleh pemiliknya disrasah emas sembilan bagian bahkan adapula keris
pesanan pande kemudian dibuat kinatah kamarogan, itu juga meningkatkan kualitas keris ?
Merdhah :
Kalau disimpan untuk
pelestarian tidaklah mengapa , tetapi kalau untuk mempengaruhi orang lain
dengan maksud tertentu , terutama dalam meninggikan harga keris, jelas kurang
etis.
Palet :
Pamor jenis apa yang paling
bagus ?
Sebul :
Tergantung dari kuantitas
maupun kualitas penggarapan pamor itu ,
dan disesuaikan dengan cita – cita pemesannya,
dan kalau keris lama yang mengalami estafet generasi puluhan kali juga
akan melihat keutuhannya. Semakin jarang kita jumpai jenis pamor tertentu
karena sulit penggarapannya biasanya akan bagus efeknya.
Palet :
Orang yang suka pamer pusaka
kalau ada pameran budaya itu bagaimana ? kok kelihatannya bersaing dalam srasahan
emas ?
Sebul :
Ada bagusnya jor joran
kinatah , berarti penggemar tosan aji itu memberikan apresiasi kepada
masyarakat bahwa mereka benar benar menikmati dari adiluhungnya sebuah karya
budaya, yang aku kurang setujui kalau orang pameran tosan aji tetapi dengan
tujuan komersial. Menurutku lebih baik kalau mereka membuka galeri yang
mengkhususkan bursa tosan aji. Keris yang bagus belum tentu kinatah kamarogan,
Coba saja kita lihat pusaka kraton KK Bontit dan KK Jaka Piturun kelihatannya
diberi hiasan sederhana panji wilis pada gandhiknya , meskipun berpendhok emas.
Palet hanya menahan liurnya yang hampir jatuh setelah
terbayang pendhok emas yang mendekati tiga ons itu kalau dihitung berapa banyak uang ? Indah memang , mahal tentunya. Dan akhirnya sang air liur pun
membanjir menerjang gigi gingsul nya
kemudian ngeces ... ces ... ces.
oo0oo