Wednesday, March 21, 2012

Cerita 4, Perang ya ...


  Perang Ya … Perang – perangan 



Dengan sedikit kacau, siang itu Sengut ngos – ngosan dan dipaksa jadi  sprinter dadakan akibat dikejar – kejar oleh pesaing favoritnya. Aneh para kompetitor itu terdengar sayup -  sayup meneriakkan makian dan serapah, yang semakin lama terdengar jelas oleh Merdhah karena mereka menuju ke arahnya. Kesendirian Merdhah terganggu  setelah Sengut nggondheli celananya dari belakang untung tidak mlotrok.

Merdhah :
Apa – apaan ini orang latihan lari buat lomba 10 K  beregu kok tidak kompak  ?  Mana bisa dapat piala Gubernur California ?

Sengut :
Dhi, tolong kakandamu yang paling gantheng ini ya ! Mereka mau menghabisi riwayat hidup saya dengan sadis akibat iri dengan keadaan saya yang poligami !

Sebul  :
Jangan dibelain, Kang ! Orang tak tahu diri macam dia harus diberi pelajaran ! nggak ada kapoknya ya ! Dan ini bukan urusan poligami !

Merdhah :
Stop ! Karena Kang Sengut sudah minta perlindungan ya biar aku yang ngurusi ! Nah mari kita minum dulu di beranda , nanti kalau napas kita sudah tertata , kepala dan keringat kita sudah mendingin, barulah kalian ceritakan apa yang terjadi !

Palet :
Begini lho , sebenarnya ini bukan soal Sengut yang suka kawin cerai tetapi dia semena – mena pinjam keris kami , dan tidak segera dikembalikan, nah hari ini kami tagih di rumahnya , kemudian tidak ada kata sepakat malah ngajak playon dengan kondisi balung tuwek begini !

Sebul  :
Bagimana kami tidak sewot, keris Pulanggeni pujaan saya dikembalikan dalam bentuk luk tiga yang katanya menjadi jangkung versi Jenggala, ngerti nggak kalau keris tersebut tadinya luk lima entah bagaimana bisa prothol sepertiganya, Mesakke lagi kang Palet kerisnya dhapur kalamisani katanya mau ditawarkan kepada konsumen berkantong tebal, eeee….. malah berubah menjadi keris memper dapur pasupati. Ya kami minta ganti sebesar rupiah yang telah kami keluarkan, dan dia tidak mau. Malah dia minta uang untuk nomboki keris pengganti konon keris tersebut hasil rekomendasi dukun top, dan dia keluar uang puluhan juta untuk itu ! Ora sudi , … kalau tidak diganti dengan yang sedhapur dan sama tangguhnya maupun pamornya sida tak glitho !

Sengut :
Lha suruh ngganti macam begitu ya angel ! Lagian keris itu kan mau saya coba ampuhnya  dengan diadu antar senjata, bukankah keris biasa untuk perang ? Nah begitu tak jajal gapruk – gapruk malah prothol wilahnya sedang yang lain hancur kembang kacangnya , berarti tidak ampuh. Lebih hebat hasil menyedotnya mbah Kabur Kanginan, yang aku pakai ngiris kawat aluminium bisa putus !

Merdhah :
Nah , Kang Sengut bikin ulah lagi kan ? Orang sekampung sudah sangat risih dengan kelakuan sampeyan yang nggrathil dan sok . Merusak milik orang lain merupakan ranah hukum pidana sedangkan soal pinjam meminjam bisa diperdatakan !

Sengut :
Lho aku kan njajal dan uji coba saja dalam rangka penelitian ampuh apa nggak, klo dibilang merusak aku sudah berusaha ngganti dengan yang aku miliki, bahkan kalau dihitung pengeluaranku lebih banyak , ya sudah sepantasnya kalau aku minta tombokan.

Palet :
Keris kalamisaniku belum lunas aku membayarnya, kalau ditarik ulang oleh pemiliknya dan sudah berubah ... sang pemilik tentu tidak mau dan tetap minta segera dilunasi, susah aku karena nggak punya uang . Janji Sengut untuk menjualkan dengan keuntungan 400 persen sungguh menggiurkan makanya aku percaya saja, eee … jadinya kok malih keris owah – owahan.

Sengut :
Lho bukankah keris pasupati lebih popular daripada dhapur kepunyaanmu, biar laku aku kreasikan dalam bentuk itu. Sedangkan keris yang prothol aku emper dengan dhapur jangkung, termasuk bagian bagian yang gumpil reges aku besut dengan amplas saja. Dengan demikian aku bisa mendeklarasikan diriku sebagai mpu keris dari kampung ini dengan spesialisasi urusan daur ulang !
Makanya kalau disuruh ngganti uang ntar dulu coba aku dialog dulu dengan  keris kalian, kalau diganti sepadan atau nggak  ? dan kelihatannya kalian yang harus nombok !

Merdhah :
Sudah bersalah tidak mau mengakui, malah ndobol liwat cangkem, ora idhep isin ! Pertama keris itu merupakan karya tunggal artinya seorang mpu membabar keris tidak mungkin bisa sama walaupun dhapur dan pamornya diupayakan sama , apalagi bila mpu itu sudah meninggal tidak akan ada yang menyamai. Kedua , sampeyan menyebut diri Empu keris , tinemu saka ngendi ? pekerjaan menempa saja tidak ngerti , jenis jenis besi tidak tahu, pakem ricikan dan dhapur tidak menguasai apalagi blak keris versi masing masing jaman. Belum lagi pakem pamor yang  model maupun cara penggarapannya yang berbeda-beda, dan sampeyan agaknya tidak pernah dengar tentang teknik drip, cacah , gebag dan gedhig, macam begitu sampeyan mangsa mudhenga ! sudah jangan sok ! Gelar Mpu itu diberikan oleh raja atau masyarakat yang tahu bahwa orang tersebut pekerjaannya membuat tosan aji bukan alat pertanian apalagi tukang ngowahi!

Sebul  :
Pokoknya kalau kang Sengut tidak mengganti dengan uang sesuai nominal pengeluaran kami mau tak ambil barang yang ada mbuh tv color atau mesin cuci tak angkut !

Merdhah :
Kesenengen Kang Sengut ... , tontonan dia setiap hari cuma thole yang hobi nangis, sedangkan cuciannya selalu diselesaikan Iyem , kalau mau , bawa saja mereka ditanggung kamu makin repot. Sudahlah nanti saja biar kang Sengut dijemput yang berwajib untuk menyelesaikan tanggung jawabnya .

Sengut :
Wah jangan dong ...! oke aku mengaku salah , tapi nunggu aku kalau panen salak ya !

Sebul :
Kapan kamu panen salak ? nanam salak saja nggak apalagi kebunnya, sudah sesuai dengan kenyataannya saja , aku nunggu sampai kamu punya uang !

Merdhah :
Nah ini pelajaran bagi kita semua, untuk menjadi pelestari tosan aji kita harus bersungguh sungguh, artinya tidak mengelabui orang tentang tangguh, utuh dan garapnya  sebuah tosan aji, demikian pula untuk mendapatkan koleksi pusaka nggak perlu nyacat, yang ujung ujungnya pengin mendapatkannya dalam harga yang murah itu tidak adil. Kita bisa saja berdagang sambil ngleluri tosan aji dengan memberikan apresiasi kepada masyarakat dan menyediakan kebutuhan akan tosan aji dengan informasi yang benar, apa bila kita menginginkan tosan aji dengan mutu yang lebih baik untuk koleksi dan bahan belajar , maka kita bisa melepas sebagian milik kita untuk modal mendapatkannya, saran saya ada baiknya kalau tosan dari kita digulirkan kepada teman dengan demikian kita masih bisa memantaunya.

Sebul :
 Kang Sengut sering lho mengeluarkan sertifikat keris dari kelompok tertentu dan kemudian kerisnya laku keras dan mahal !

Merdhah :
Biasanya mpu jaman dulu bekerja atas pesanan kraton atau untuuk persembahan kepada sang raja yang kemudian hasil karya itu di berikan kepada kerabat maupun ponggawa , dan tentunya keris tersebut didata dalam daftar pusaka kraton, sedangkan bila yang memesan itu adalah pihak luar kraton maka akan ada laporan dari mpu ke pihak kraton tentang  hasil karyanya. Jadi sebenarnya sertifikat tersebut dikeluarkan oleh pihak  kraton pakai nomor  registernya lho ! persis seperti  senjata api dan samurai. Meskipun kemudian sebuah pusaka dibuat putran setahu saya harus seijin pemilik pusaka yang mau diduplikat dan tentunya harus melapor supaya tercatat dalam daftar kraton , dalam perkembangan lebih lanjut di luar kraton ada juga yang memesan secara sembunyi – sembunyi memesan keris untuk kepentingan pribadi dan tidak terdaftar , keris semacam inilah yang kemudian menjadikan rucah dan tidak ada dalam daftarnya dan kualitas garapnya akan dinomor sekiankan dengan lebih mengetengahkan isue magis , lihat saja perbedaan cara pandang terhadap keris pamengkang jagad orang kraton mengatakan jelek tetapi orang luar mengatakan hebat , padahal bagi empu hal itu adalah karena misproduct Dengan demikian terdapat dua kubu yakni keris kraton dan keris di luar kraton yang sebenarnya lebih berfungsi sebagai media karya bagi calon Mpu keris, meski demikian prinsip bahwa tosan aji harus terdaftar. Kita ingat saja penyerahan senjata api baik rakitan sendiri maupun hasil selundupan pabrik luar negeri oleh GAM kepada pemerintah RI merupakan bukti bahwa senjata dan pusaka adalah milik negara.
Sedangkan Kang Sengut menjadi penangguh dalam sertifikat versinya saya nggak ngerti,  kelihatannya dia tidak belajar untuk itu tahu-tahu didhapuk menjadi penangguh upahan , kok aneh jadinya ? Melihat perilaku dia yang tidak paham tentang  fungsi dan filosofi keris aku malah gumun ?

Sengut :
Apa salahnya kalau aku dan kompanionku ikutan dalam mendata keris yang beredar di masyarakat ? Dan sekedar tanya apa ada fungsi lain dari keris ?

Merdhah :
Kalau sekedar mendata kemudian melaporkan kepada pihak kraton sambil menjadi perantara dalam pemberian register dan sertifikatnya boleh saja, tetapi kalau mengeluarkan sertifikat dan register sendiri tidaklah memiliki dasar yang benar. Keris dalam perkembangannya memiliki berbagai fungsi antara lain fungsi sejarah , status personal, spiritual, dan komersial nah fungsi yang terakhir inilah  membuat keris tua  maupun keris baru yang hight quality makin langka , berubah menjadi keris rucah , owah-owahan , rekayasa baru menjadi lama maupun keris kodian baru dengan mutu ecek ecek yang bumbu mistisnya yahud atau ngaku aku dari kraton plus register yang diragukan.

Sengut :
Lho bukankah keris bisa dijadikan  sipat kandel seseorang ditujukan agar  ampuh dalam perangnya, yang tentunya keris dibuat untuk membunuh dalam perang itu , menurutku itulah fungsi mistis dan spiritualnya.

Merdhah :
Ngawur, fungsi spiritual itu hanya sebagai alat upacara , yang berarti pelengkap sajen untuk mencukupi unsur metal besi dari delapan unsur yang biasanya dipersembahkankan. Wah kalau kalian mau melihat atraksi keris yang bisa standing pada kudup atau sebaliknya pada pesinya tentu akan menganggap  bahwa keris tersebut sakti , yang pada kenyataannya , orangnya yang diberi kelebihan untuk memindahkan energi ke benda mati. Sedangkan keris sebagai senjata pamungkas aku bisa menjelaskan begini bahwa kalau dalam keadaan terpaksa sudah tidak ada senjata lain apaboleh buat , kemudian dipakai  untuk mempertahankan nyawa.

Palet  :
Lho tidak seperti yang di cerita sinetron tv itu ? kelihatannya kok heroik dengan menyandang keris, bahkan klo ada pemeran dukun kok tidak serem bila tampil tanpa keris yang lucunya hulu keris jawa kok madhep ke godongan warangka.

Merdhah :
Sudahlah tidak perlu mengkorek kesalah di luar kita, yang lebih penting tatalah niat dan sadari kapan kita harus komersial dan kapan kita berkewajiban seperti para pelestari budaya ! toh kita ini masih anut grubyug ora ora ngerti rembug. Bahkan seperti anak kerbau yang ikutan mejeng di malam minggu.

Ucapan akhir ini membuat Sengut makin merengut, dilihatnya orang di sekeliling seolah makin jauh dirinya, terbersit keinginan untuk melupakan dan terlewati hari ini dengan segera sebab baginya jauh api dari panggang, memang sih nggak bakalan gosong, tapi jiwanya kosong, untuk mengisinya dengan kembali bercengkerama antar sesama panakawan seperti dulu, gengsi ah ... ,  kosong ... isi ... , kosong ... isi ... , kosong ....

oo0oo