Saturday, March 24, 2012

cerita 9 , ganja

Ganja ... Yang Dilarang dan Tidak



Sebul leyeh - leyeh di lincak pekarangan yang ada pohon matoa yang brindhil daunnya dimakan uler srengenge. Sepoi angin membawa harumnya dedaunan kering yang digelar di kertas koran, hmm... melegakan hati. Satu dua isapan rokok lintingan dia nikmati , kebul ... kebul ... dan kebul. Tiba – tiba datang Palet, seperti biasa muka suntrut menyertainya, tanpa basa basi nyelonong masuk pekarangan dengan membawa sejuta rasa bingung.

 Sebul :
Oo ... Kang Palet ,  mari duduk sini kita omong – omong kosong ! ini lho menikmati lintingan sendiri .

Palet :
Ngawur kamu , siang begini nglinting di pekarangan, ganja sebanyak itu digelar terbuka tanpa tedeng aling – aling. Ditangkap polisi baru tahu rasa !

 Sebul :
Ngawur, ini bukan ganja yang aku linting mbako Srinthil Boyolali yang di jemur itu teh yang kewutahan wedang. Makanya aku leyeh leyeh di sini sambil nunggu teh itu kering lagi makanya aku suruh Kakang mampir biar ikut menikmati teh Tambi ini ! Kelihatannya sudah kering , biar disedu istriku dulu dan mari kita nikmati.

Palet :
Wah, maaf telah berprasangka buruk, ini lho aku dari counter tosan aji di pasar, eh ada macam - macam bentuk ganja ya ada yang aku beli untuk ngganti yang sudah prothol.

Sebul :
Wah bagus itu ! Mari Kang kita lihat satu persatu ! Nah ini yang namanya Ganja kelap lintah , bentuknya melengkung bagian kepet dan cocornya, lucu seperti posisi lintah berenang , yang ini wilud seperti kelap lintah tapi kepetnya tidak nyunthang gelung ke atas tetapi searah dengan cocornya. Sedangkan yang badannya bila dilihat dari bentuk atasnya dlujur lurus ini namanya bathok mengkureb , dan yang ujungnya agak menjuntai ke bawah namanya sebitrontal.

Palet :
Ntar dulu , yang disebut cocor itu bagian yang depan ? dilengkukan belakang kepala ini disebut gulu melet , trus yang paling gendut namanya wetengan dan bagian belakangnya adalah sebitron dan kepet.


Sebul :
Naaah pinter ! sekarang perhatikan bentuk kepetnya ada dua macam yakni yang papak mbuntut urang, dan yang lancip nguceng mati, demikian juga cocornya dibedakan dengan menter, woh mlinjo dan lancip.

Palet :
Lha gulu meletnya kok ada yang landhung panjang dan ada yang sengkek pendek ?

Sebul :
Biasanya bentuk ganja masing – masing menjadi ciri tangguh tertentu atau Mpu tertentu. Contohnya bentuk ganja yang mbuweng dengan bagian bawah yang oval tidak tajam, dann terlihat bagaian bawah lebih tebal dari pada atasnya kebanyakan terdapat pada tangguh Singasari. Sedangkan tangguh Pasundan sepuh akan menampilkan ganja yang lebih tinggi.

Palet :
Kalau menurut tampilan pamor pada ganja apa yang bisa dibedakan ?

Sebul :
Yang berlapis memanjang sepanjang ganja disebut ganja maskumambang , bila pamornya melintang dinamakan ganja sampir, sedangkan bila pamor tersebut memenuhi disebut ganja sekar, dari tampilan pamor pada ganja ini orang dapat memperkirakan jenis pamor yang ada pada bilah keris.

Palet :
Lha ini kok nggak ada apa apanya ? dan satu keris di rumahku kok ganjanya langsung dari bilahnya ?

Sebul :
Itu ganja wulung , sengaja dibuat dari besi luluhan tanpa pamor , biasanya dibuat untuk melengkapi keris yang ganjanya hilang atau karena ganjanya dibuat bahan keris putran pusaka tertentu. Sedangkan ganja yang dibuat berikut bilahnya dinamakan ganja asihan ada yang menyebut ganja iras.

Palet :
Wah klo begitu tidak perlu aku lepas, pantesan nggak bisa ! Wis ya Dhi aku tak bali , trims teh hitamnya.

Kasihan Kang Palet , jalannya tertatih – tatih, beban keluarganya banyak, urusan pelestarian tosan aji masih saja dicampuir dengan dapur, yang seringkali keblondrok diakali orang, demikian kira kira dalam benak Sebul , yang mulai nglekar sambil bul ... ssssb.... bul ....  ssssb .. bul .

 oo0oo

Ganja
Ganja wilut
ganja wuwung
Ganja dan pesi
Gabja Kinatah

Friday, March 23, 2012

Cerita 8 , Pamor ....


 Pamor  Dan  Pamer Pamor


Sungguh pemandangan yang mengherankan, suatu malam empat orang yang  setengah tua  dan tidak menyadari bahwa telah memiliki banyak anak. Mereka berunding untuk menelaah tosan aji yang mereka bawa, dan tempatnya tidak lazim yakni di cakruk ( pos jaga malam ) sambil menunggu giliran keliling kampung.  ribut jelas terjadi sebab berawal dengan bayangan pemikiran masing masing yang dipaksakan untuk diakui. Dan tidak ada penengah yang kompeten. Adanya adu keras suara agar tambah hot,  ada yang meyakinkan bahwa kepunyaanya yang paling bagus dan tersohor. Seperti apa ya ?

Palet :
 Ini aku bawakan tombak karya Empu Supa pamornya pedaringan kebak dan ada  udan mas tibannya , ini baru pantas dipusakakan. Mau dibandingkan dengan tombak Sengut boleh saja , kepunyaan dia kan menang besar saja, lajer dan pamornya tidak jelas pesinya mulus banget. Itu kan baru dibeli dari kaki lima dan asal mulanya  tidak meyakinkan.

 Sengut :
Cari maksiat ? Biarpun aku sering melakukan kesalahan dalam etika tosan aji, tapi kali ini kamu yang keliru ! Memang saya akui ini tombak baru tapi digarap oleh Mpu masa kini ya jelas masih mulus dan aku memang pesan dengan menggunakan pakem yang benar dan pamor yang digarap rapi. Ini tombak naga penganten saya memesan dengan meniru milik kolektor top nasional dan sudah seijin beliau , sehingga Sang Empu berkenan mengerjakan bahkan pamornya dibuat lar gangsir yang susah untuk pengerjaannya. Yang kedua aku tidak mau mencari cacat tombak pusakamu yang aku sayangkan hanyalah sikap cerobohmu dalam mempusakakan tosan aji, lihat saja kebetulan aku juga membawa tombak dengan dapur yang sama , kelihatannya besarnya sebanding tapi perhatikan, luk nya ada tiga belas sedangkan kepunyaanmu tinggal sebelas, terus methukmu juga sudah hilang, herannya kamu mau , dan bodohnya kamu percaya kepada pedagang keris dengan membabi buta , sehingga percaya saja kalau itu dikatakan dari Empu top. Padahal sudah banyak bukti bahwa karya Mpu Supa itu bukan produk massal, bahkan penggarapannya juga tidak ceroboh. Hanya dengan modal hafal cerita pedagang , kamu mau pamer kepandaian ? malu dong !

Sebul :
Jeralah kamu , Kang Palet ? Sekarang Sengut sudah mau belajar sehingga tiba tiba bisa mengutarakan kebenaran , lain dari kebiasaannya yang pembohong.

Palet :
Haiyah , itu kan karena kermasukan setan ahli , sehingga dia bisa berkilah  seperti itu !

Merdhah :
Soal ilmu eksoteri tidak membutuhkan ritual kemasukan , cobalah berani mengakui kekurangan diri sendiri . Kalau tidak mau belajar ya tertinggal oleh yang lainnya , ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi . Meskipun kita bisa membandingkan bahwa jaman dulu serba terbatas , seorang Mpu harus memilah pasir besi sendiri , mengumpulkan kayu bakar yang nyalanya stabil terus mencari penempa yang mau berkarya sambil puasa dan diajak bersusah payah belajar , sehingga terjadi learning by doing bagi para panjak. Belum lagi untuk mendapatkan bahan pamor, biasanya mereka menggunakan bahan dari batu meteor dengan memisahkan unsur nikel , dan titanium dari unsur mineral non logam  lain , kalau jaman sekarang sudah ada tambang nikel secara khusus sehingga sudah pantas kalau tosan aji karya saat ini lebih kaya pamor . Sehingga dapat ditandai tangguh jaman tertentu dengan melihat komposisi pamor dan blak secara umum.

Palet :
Bukankah menyelamatkan karya Mpu jaman dahulu juga merupakan usaha pelestarian budaya ? Dan aku juga punya yang pamornya hanya ada di bungkul, bagian lain tidak.

Merdhah ;
Benar, tapi jangan mempengaruhi orang bahwa keris itu buatan Mpu tertentu seperti cerita penjual keris, kita bedakan antara gosip dengan pendekatan generalisasi estimasi darimana asal keris. Sedangkan kerismu itu namanya berpamor triman artinya dibuat dalam kondisi persediaan pamor yang minim, tetapi ada juga yang karena aus pada bilah atasnya sehingga hanya tinggal di bagian bawah.

Sebul :
kepunyaanku ada pamor yang berbeda pada setiap sisi bilahnya. Ini yang dapur Sengkelat pamor depannya blarak sineret sedangkan bilah sebaliknya berpamor ron genderu. Sementara yang lain berdapur Jalak sangu tumpeng dengan sisi bilah depan tanpa sogokan sedangkan di baliknya ada sogokan rangkap, jadi kalau dihadapkan kekiri berdapur jalak sangu tumpeng tapi kalau dihadapkan ke kanan berdapur apa ya ?

Merdhah :
Coba aku ikut melihat ! Aku pakai kaca pembesar ya ! Waah ... tingkat ausnya pada sogokan dengan bagian yang lain kok sangat berbeda, maaf agaknya keris ini sudah diubah satu sisi. Dan kalau kita memakai prinsip bahwa keris dibuat dalam satu dhapur , maka keris dengan dua identitas agak jauh dari pakem . Sedangkan keris sengkelatmu ini memang langka pamornya , namanya tangkis dan itu masih ada pakemnya.

Sengut :
Lha itu ada pamor yang muncul  satu titik dan lebih mengkilat itu apa ? Ceblokan baru ya ?


Merdhah :
Pamor ceblokan memang disusulkan tetapi berwujud pola tertentu atau lambang tertentu yang sengaja dipesan oleh pemiliknya, adapun bagian pamor yang nampak lebih mengkilat itu disebut munggul pamor , terjadi karena kerasnya bahan pamor ketika ditempa dan tidak menggabung pada besi dan pamor yang lain sehingga terlihat nengil begitu sementara bahan di sekelilingnya sudah aus termakan usia .

Sebul :
Jadi pamor itu ada yang direncanakan dan ada yang tidak ? Seperti kepunyaan Kang Palet yang katanya ada pamor tiban, kemudian munggul pamor sedangkan pamor rekan seperti pada sengkelatku.

Sengut :
Ya memang ada yang disebut anukarta dan jewalana, namun dari segi teknik ada yang dinamakan pamor mlumah seperti pedaringan kebak, udan mas dan yang bulat bulat lainnya, sedangkan pamor miring seperti irisan contohnya adeg, mrambut, ujung gunung, abala raja, lar gangsir, jarot asem, blarak sineret, naga rangsang , dan lain lainnya.

Palet :
Lha kalau yang namanya raja gundala itu apa seperti ini ? di bagian sor-soran keris ini ada gambar mirip Mchael Jackson , nih lihat hebatkan, ternyata kerisku sudah go public.

 Sebul :
Wah , penyakit sok nya Sengut berpindah ke Kang Palet, setahuku yang namanya pamor raja gundala itu menunjuk gambaran yang jelas tentang hewan maupun sosok manusia , syaratnya tiban, dan cara melihatnya bukan  dengan mempengaruhi orang lain. Coba saja kalau  seratus orang disuruh melihat tanpa diembel - embeli cerita dari pemiliknya, kemudian setiap orang tersebut mengatakan hal yang sama dari yang dilihatnya , barulah kita menyebut sebagai raja gundala. Bukan mengada ada maupun dipaksakan sama.

Merdhah :
Ada juga pamor yang diolah lagi , artinya terjadi mis product  antara lain pamor yang nerjang landep, pegat waja , dan pamor yang memilki gambaran buruk , seperti pamor tundhung , endhas baya , dan lain lain. Hanya sayang sekarang banyak yang tidak mau mendaur ulang, bahkan memanfaatkan ketidaktahuan orang  kemudian ditawarkan ke orang dibumbui dengan cerita misteri agar laku.

Sebul :
Sebentar kang, sebenarnya fungsi pamor itu apasih ? mengapa sulit dicari informasinya ?



Merdhah :
Inilah yang membedakan budaya tosan aji dengan industri senjata yang lain. Bila senjata dibuat dengan bahan baja murni maka akan mudah patah. Sedangkan bila besi saja akan kuat tetapi majal , disinilah letak seni penempaannya dengan bahan pamor yang berlapis lapis kemudian akan nampak bagian keindahannya , belum lagi macam – macam ricikan yang semakin meningkatkan kualitas seninya.

 Sengut :
Bagaimana dengan keris kodian tetapi sandangannya mubyar bahkan ditretes berilan , atau keris kodian kemudian oleh pemiliknya disrasah emas sembilan bagian bahkan adapula keris pesanan pande kemudian dibuat kinatah kamarogan,  itu juga meningkatkan kualitas keris ?

Merdhah :
Kalau disimpan untuk pelestarian tidaklah mengapa , tetapi kalau untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud tertentu , terutama dalam meninggikan harga keris, jelas kurang etis.

Palet :
Pamor jenis apa yang paling bagus ?

Sebul :
Tergantung dari kuantitas maupun kualitas  penggarapan pamor itu , dan disesuaikan dengan cita – cita pemesannya,  dan kalau keris lama yang mengalami estafet generasi puluhan kali juga akan melihat keutuhannya. Semakin jarang kita jumpai jenis pamor tertentu karena sulit penggarapannya biasanya akan bagus efeknya.


Palet :
Orang yang suka pamer pusaka kalau ada pameran budaya itu bagaimana ? kok kelihatannya bersaing dalam srasahan emas ?

Sebul :
Ada bagusnya jor joran kinatah , berarti penggemar tosan aji itu memberikan apresiasi kepada masyarakat bahwa mereka benar benar menikmati dari adiluhungnya sebuah karya budaya, yang aku kurang setujui kalau orang pameran tosan aji tetapi dengan tujuan komersial. Menurutku lebih baik kalau mereka membuka galeri yang mengkhususkan bursa tosan aji. Keris yang bagus belum tentu kinatah kamarogan, Coba saja kita lihat pusaka kraton KK Bontit dan KK Jaka Piturun kelihatannya diberi hiasan sederhana panji wilis pada gandhiknya , meskipun berpendhok emas.


Palet hanya  menahan liurnya yang hampir jatuh setelah terbayang pendhok emas yang mendekati tiga ons itu kalau dihitung  berapa banyak uang ?  Indah memang , mahal  tentunya. Dan akhirnya sang air liur pun membanjir menerjang gigi gingsul nya  kemudian ngeces ... ces ... ces.

 oo0oo
model pamor

pamor

model pamor

model pamor
model pamor


Thursday, March 22, 2012

Cerita 7, Boleh ....


Boleh Dan Tidak Boleh




   Giliran yang sama anak – anak pun berdiskusi , berhubung tanpa moderator dan agenda sidang yang jelas , so pasti ribut dan eyel - eyelan untuk mendapatkan predikat  the best. Manfaat yang didapat sudah bergeser dari angan – angan mereka.

Sengut :
Boleh ikutan lihat pusaka yang kamu bawa , Dhi ? Warangkanya nganeh anehi , barang pinjaman ya ? Kelihatannya aku tahu pemiliknya.

Palet :
Pinjam kok main rebut , dan langsung diunus, tidak menghargai pemiliknya
apalagi main tuduh yang nggak – nggak. Sopan dong !

Sengut :
Lha ini kan dulu pernah dibawa temanku dan katanya kepunyaannya yang mau dimaharkan, dan aku sempat menawarnya. Aku dibilang tidak sopan memang dimana kekeliruanku ? Toh tidak ada aturan tertulis tentang melihat keris orang.

Sebul :
Biasa , Kang Sengut ... dulu juga ngenyek keris kesayanganku dengan mencela sana – sini.

Merdhah :
Ada normanya dalam pergaulan masyarakat tentang tosan aji yang dilanggar oleh Kang Sengut dalam memperlakukan pusaka orang dengar ya :

Pertama :  Meminjam keris hendaklah dengan ijin pemiliknya, dan diterima
                 dan diserahkan dengan menggunakan kedua tangan serta
                 berhadapan.
Kedua    :  Keris haruslah dilolos dengan tangan kanan memegang ukiran ,
                  tangan kiri menarik warangka sampai seluruh bilah terlihat, baru
                  bisa di perhatikan ricikan dan lain lainnya.  Untuk mengembali-
                  kannya dilakukan hal yang sama, dalam proses berbalik. Menarik
                  bilah dengan tangan kanan sementara warangka diam tidak dige-
                  rakkan namanya ngunus keris mau mengajak berkelahi.
Ketiga    :  Jangan memberikan penilaian apapun terhadap keris orang lain
                  Kecuali bila diminta oleh pemiliknya.

Nah coba praktekkan saja dari cara menerima sampai nglolos pusaka akan tampak serasi dalam melanjutkan pembicaraan !

Sengut :
Oke maaf dech , begini betul nggak ? Rasanya kok wagu ya, lebih gagah kalau nglolosnya kayak para samurai di pilem Jepang.

Sebul :
Lha sampeyan mau ngajak gelut aku apa ? Kok malah ujungnya di acung – acungkan ke muka saya, risih tahu ?

Sengut :
Waloah, salah lagi . Oke ujungnya aku pegang dengan jari telunjuk dan jempol kiri tangan kanan tetep pegang pada ukiran, trus mata mendelik mengamati, bener kan ? Trus untuk mendengar bunyinya bagaimana ?

Palet :
Tak balang sandhal sisan , itu keris bukan ringtone , kok saya ngawur ! pakai dithinthing memangnya sampeyan tukang laras gamelan wong kelihatannya telinga sampeyan wis rada kurang.

 Sengut :
Wadhuuh , sewot ya wis mangga tak aturke meneh , begini betul kan ?

Merdhah :
Nah , coba praktekan yang benar, dengan begitu kita menunjukkan penghargaan kita terhadap pemiliknya !

Sebul :
Wah,  kemarin Kang Sengut baru saja membeli warangka baru sunggingan alas alasan dengan dasar putih, itu untuk para raja kan  ?

Merdhah :
Benar dan banyak yang menjadi wewaler , contohnya warangka timaha bosokan, pendhok tretes rinaja warna, kemalo merah adan banyak lagi. Kalau sudah diingatkan begini masih juga ndableg memakainya pasti akan ada panyaruwe dari orang lain dan kalu itu di depan khalayak , kok sungguh memalukan.


Sengut pun clula – clulu pura – pura tidak memperhatikan kalimat yang terakhir. Entah malu atau tidak punya malu, dan kita hanya bisa gedheg , gedheg, ... gedheg.

oo0oo

Cerita 6, Tanya ...


 Tanya, Jawab, Tanya .....


 Mengisah dua manula yang leyeh - leyeh di dangau sembari menikmati kiriman nasi timbel dan pepes peda berbonus sambel pete. Di dekatnya tampak kerbau yang habis didera  menarik garu, ikutan menghayati hembusan angin rehat untuknya. Dengan kedua tangan yang ngiwut maka mulutpun ikut mengembangkan kerja sambilan bagi kedua aktifis itu ngobrol plus comak – camuk, so pasti ....

Delam :
Anak – anak pada ribut ikut arus nguri – uri budaya tosan aji, lha apa nggak mengkontaminasi  repotnya kebutuhan rumah tangga ? Jangan - jangan sekedar obor blarak karena kebetulan mereka sedang bergaul dengan penggemar barang antik trus kesetrum untuk untuk berkiprah bergaya budayawan tersohor.

Tualen :
Baguslah , meski sebentar setidaknya ada nafas peduli terhadap pelestarian budaya,  kita beri kesempatan saja dan didorong agar tetap menyala.

Delam :
Emannya mereka ini sudah berumur, padahal waktu kecil kita mati – matian untuk mendekatkan mereka kepada akar budaya leluhur, dan mereka menolak dengan jawaban, ah ... kuno !

Tualen :
Salah kita juga , sebab dengan tosan aji kita tidak bisa menjanjikan jaminan hidup yang mapan seperti para pejabat. Sehingga kita mendidik mereka jauh dari budayanya, apalagi kita sudah ilang Jawane.

Delam :
Mendinglah kalau mereka menyadari untuk meniti budayanya, bukan sekedar gagah – gagahan dan mencari sensasi  maupun ngakali orang lain.

Tualen :
Ah, nggak mungkin orang berbudaya ngakali orang apalagi untuk kepentingan pribadi , setahuku budayawan itu memikirkan masyarakat untuk tetap berada dalam lingkungan pemikiran yang sesuai perkembangan situasinya. Jadi mereka medar ilmu selamat bukan mencari slamete dhewe.

Delam :
Tapi Dhi, ada yang mengumpulkan tosan aji sebanyak – banyaknya dengan cara dan pendekatan pemikiran budaya dan religius banget lho ! Betapa tidak ketika aku sakit  orang tersebut datang menengok dan mendoakanku agar cepat sembuh, kemudian dia bercerita dan mensosialisasikan tosan aji , dan mendiagnosa bahwa aku sakit karena pusaka tinggalan leluhur, kemudian menganjurkan untuk melarung agar terhindar dari bala, lha aku percaya, karena setelah sembuh beberapa hari kemudian aku diajak untuk melarungnya di laut  lepas ....

Tualen :
Maaf aku potong ya ...,  kemudian sampeyan disuruh pulang, sementara dia akan menunggu sampai larut malam untuk membuang sial ? Padahal dia sebenarnya menunggu kapan larungan itu terbawa ombak kembali ke pantai, bukankah ada kambangannya ? Itulah orang pinter yang minteri. Dia pakai ilmu penjual degan di pantai yang katanya untuk persembahan Ratu Laut Kidul , dengan modal satu buah kelapa maka dia akan mendapatkan uang berkali – kali dari turis yang dermawan dadakan. Nah tokoh tersebut mendapat pusaka gratis dari sampeyan dan bea upacara larungan plus akomodasi pulang balik ke laut.  

Delam :
Weee, lha peserta yang lain juga banyak tuh, dan mereka juga terlihat khusyuk dalam melarung dan ada rasa mak plong setelah melarung.

Tualen :
 Kita bukan Mpu pembabar keris tersebut , jadi kita hanyalah orang yang kebetulan diminta merawatnya , lha kok malah melarungnya dimana tanggung jawabmu terhadap para leluhur ? bukankah itu mubadzir ? Yang biasa dilarung itu keris yang gagal atau buruk angsarnya menurut Mpu pembuatnya. Kita tidak tahu apa isi doanya, dan kita menyia – siakannya.

 Delam :
Lha aku ikut  saja sebab ada tokoh terpandang dan kaya  yang berjamaah di dalamnya , bahkan dia juga diminta untuk tinggal sejenak untuk berembug sesuatu yang agaknya rahasia.

Tualen :
Agaknya sang terpandang tersebut menjadi sasaran pendhuwitan , dan tosan aji milikmu yang dikorbankan . Bukan hanya itu , ritual penglarungan tersebut juga dihembuskan kepada para pemuka agama  , dengan dalih syirik, penghembus kegelapan atau yang lain , sehingga para pengikut agama tersebut sangat antusias untuk menyerahkan tosan ajinya kepada sang imam dan kemudian orang pintar ini akan mendatangi para pemuka agama untuk membantu melarung dalam tanda petik plus meninggalkan sedikit uang untuk mendukung pengembangan jemaahnya.

 Delam :
Jadi , tosan aji tersebut tidak pernah lenyap dilarung , tapi berpindah dari satu tempat ke yang lain dengan menghabiskan dana yang tinggi ? Pantesan ada orang yang mengkoleksi sampai ribuan keris dan menjadi sasaran bagi pelaku komersial perkerisan ,  agaknya mereka paham tentang tosan aji sebagai investasi.

Tualen :
Si Kaya yang menjadi kolektor tersebut, pastilah setiap hari didatangi oleh orang yang menawarkan keris dengan berbagai cara , alibi , ekspresi , maupun aksi yang penting bawaannya laku . Kalau yang selektif  akan memperhatikan  wujud serta menilai kelangkaan , keutuhan , dan minatnya, dengan mengabaikan cerita dan dramatisasi dihadapannya. Dan syukurlah  kalau Si Kaya ini bisa menjadi benteng penghalang bagi hanyutnya tosan aji bermutu ke luar negeri.

Delam :
Apa orang pinter tersebut juga bisa ngakali para peminat tosan aji ? Bukankah pengetahuan yang cukup dapat membuat orang berhati – hati ?

Tualen :
Betul, kita yang mau belajar akan lebih aman , tetapi sebaiknya juga mau menimba pengalaman life maupun kajian literatur, sebab masih saja ada celah bagi kita yang lengah. Maka kita ingatkan untuk bergabung dengan kelompok seminat dan saling mengingatkan bukan saling berebut bila ada keinginan terhadap tosan aji. Resikonya kita yang bergabung akan menjadi pusat kecurigaan dari kelompok seberangnya. Entah ada anggapan persaingan atau tidak semua tinggal itikadnya.

Delam :
Informasi yang berlebihan kadang juga membuat penilaian tentang tosan aji tidak obyektif , bahkan dibuat sensasi untuk mengangkat harga sebagaimana booming anthurium jaman dulu, maupun koor penjahatan tosan aji dengan mengatakan barang produk baru, buatan panjak, bahkan dituduhkan hal yang jelek untuk menjatuhkan harga ,kok tega keroyokan untuk memburukkan sesuatu, tidakkah berjamaah itu untuk kebaikan ? seharusnya masing masing seia sekata dalam mengapresiasi budaya sehingga akan lebih harmonis, di jalan masing – masing.

Tualen :
Kita kalangan tua sudah seharusnya memberikan teladan kepada mereka untuk peduli, sekarang ini kita hanya bisa nyacat perilaku generasi muda yang tidak berbudayalah, sok baratlah, bahkan mendamprat mereka dengan anak yang tak berkepribadian, padahal mereka juga bisa mengkritik kita orang yang egois , eksklusif , statis , pesimistis dan anti kemajuan. Ada benarnya apa yang mereka sampaikan sebab selama ini kita cenderung tertutup dan tidak mau mengajari mereka tentang ilmu perkerisan, bahkan kita katakan pula dengan dalih mereka belum kuat , trus kapan terjadi estafet budaya secara turun temurun ? Anak – anak cenderung menggunakan bahasa manca ketika kita bertanya dalam basa Jawa yang pakem. Nah salah kita yang tua kan ?

Mbah Delam legeg – legeg dan agaknya bingung memikirkan perilaku anak kesayangannya Si Sengut yang kelakuannya memang jauh dari pokok pembicaraan mereka . sementara di sebelahnya sang kerbau mulai kepanasan dan sesekali ekornya dikibaskan ke bagian kepala, bet .... bet .... bet.

 oo0oo

Wednesday, March 21, 2012

Cerita 5 , SDHSIV.....


Sengut’s Declaration of Him Self Independence Value



Suasana pesta yang diselenggarakan sungguh meriah , Sengut dengan multi fungsinya yakni ketua panitia, seksi publikasi merangkap konsumsi , kepala urusan distribusi plus penertiban ,dan sekaligus waiters, sibuk melayani undangan yang sudah menantikan kiprah kerjanya. Suara para hadirin yang kleset – kleset merapat  terdengar nyaman ditelinga, belum ada vokal yang serak becek maupun lengkingan satu pun, agaknya wibawa tuan rumah membuat mereka segan. Dalam kesempatan pagi itu terjadilah wara – wara yang diawali tabuhan bendhe dhung … dhung , dhueng … dan tercetuslah monolog dari Sang tokoh.

Sengut :
Attention please ! Thank you for your coming, and now I have some declaration that you can listening , and this is my way of live to make the keris has been on every time .

Tidak ada aplaus dari siapapun para audien hanya manthuk – manthuk tapi banyak yang gedheg , melihat gelagat kurang mendukung ini, Sang Pengundang ini mengubah strategi dan tata bahasanya dirapikan lebih sederhana , dan miulai dikurangi bagian – bagian yang agak sulit dibaca dengan harapan ada tanggapan serius sekalian menaikkan rating acara kalau nanti diliput media elektronik kan biasa menjadi acara rutin harian , bahkan kejar tayang. Caileeee….. !

Sengut :
Nuwun , kula ambali malih , Wonten ing mriki kula badhe ambiawaraaken babagan punapa ingkang sak punika dados ayahan kula pramila ....

Hilang lagi suara Sengut setelah mengetahui bahwa tamunya sudah tidak memperhatikan , melainkan hanya mentheleng pada apa yang dibawanya, yaitu makanan. Dan sudah sampai pada ulah mereka berdesak – desakan maka  grrrrr ..... ! dengan geram ala knalpot traktor yang habis ngadat , diperkeraslah suaranya dan terdengar parau teriakan berang Sang Tokoh,  tanpa teks dan spontan beginilah bunyinya :

Hoii .... dengar ya ! mulai detik ini saya mau menyampaikan ikrar kebulatan tekad bagi kesetiaan sebagai insan pemerhati budaya bangsa, maka dengan rasa bangga bercampur haru , saya yang baik budi , pemurah ,dan pemaaf ini bersungguh- sungguh dan sepenuh hati berjanji :

* Pertama bahwa saya tidak lagi membahas klenik yang dikaitkan dengan tosan aji , kecuali yang diajak bicara mereka yang mengasyikkan untuk dikibuli.
* Kedua bahwa saya akan mempelajari eksoteri keris dengan saksama tidak dengan maksud mencari moncernya milik pribadi kecuali dengan yang mau dibohongi habis – habisan.
* Ketiga bahwa saya tidak akan melirik untuk mengembangkan keinginan memiliki tosan aji milik orang lain secara gratisan kecuali mereka yang bersedia untuk diakali entek – entekan.
* Keempat bahwa saya tidak akan nganeh - anehi secara lisan , tulisan , dan perilaku , kecuali kepada mereka yang belum lulus dari RSJ.
* Kelima bahwa saya akan memendam perasaan, membatasi bantahan atas kritikan bagi kebaikan saya dan berusaha untuk mengikuti etika , kecuali kepada mereka yang hilang kesadarannya.
* Keenam bahwa saya akan berusaha menegaskan prinsip sebagai pelestari tosan aji , kecuali bagi mereka yang suka ikut – ikutan untuk diombang-ambingkan.
* Ketujuh bahwa saya akan segera kembali kepada prinsip profesi dan hobi saya dengan menghindari bisikan tak menentu kecuali dalam nglindur dan mimpi saya di siang bolong.
* Kedelapan bahwa saya tidak lagi menyimpan , mempublikasikan, dan atau mengomongkan koleksi tosan aji yang saya peroleh dari ketidak ikhlasan orang lain maupun dari pemaksaan kehendak orang lain kecuali kepada orang  teler kesiangan.
* Kesembilan bahwa saya akan senantiasa hanya melaksanakan keseluruhan dari pernyataan ini secara sadar tanpa paksaan dari pihak manapun di hadapan mereka yang mendengar langsung dari pernyataan kebulatan tekad , niat baik, dan perbuatan saya ini , sedangkan yang lainnya ya suka – suka saya dong ..!

 Belum usai pengikraran tersebut sudah ada selebrites yang mulai mengendus bawaan Den Sengut dan terpelantinglah beliau sehingga wadah kudapan terlempar ke atas dan bubarlah isinya , hal ini disambut sebagai pembuka hidangan, ributlah para hadirin , pasca pembagian kudapan dan menu utama pun dihidangkan , sedikit berebut dan dengusan sebagai upaya untuk mendapatkan jatah yang lebih banyak. Suara riuh barsahutan mbeek ... mooh ... dan petok – petok. Agaknya pada peristiwa pagi itu Sengut harus mengurus 22 ekor sapi , 9 ekor kerbau 19 ekor kambing, dan 65 ekor ayam, milik Bapak Delam. 
Sempat sempatnya ...!

oo0oo

Cerita 4, Perang ya ...


  Perang Ya … Perang – perangan 



Dengan sedikit kacau, siang itu Sengut ngos – ngosan dan dipaksa jadi  sprinter dadakan akibat dikejar – kejar oleh pesaing favoritnya. Aneh para kompetitor itu terdengar sayup -  sayup meneriakkan makian dan serapah, yang semakin lama terdengar jelas oleh Merdhah karena mereka menuju ke arahnya. Kesendirian Merdhah terganggu  setelah Sengut nggondheli celananya dari belakang untung tidak mlotrok.

Merdhah :
Apa – apaan ini orang latihan lari buat lomba 10 K  beregu kok tidak kompak  ?  Mana bisa dapat piala Gubernur California ?

Sengut :
Dhi, tolong kakandamu yang paling gantheng ini ya ! Mereka mau menghabisi riwayat hidup saya dengan sadis akibat iri dengan keadaan saya yang poligami !

Sebul  :
Jangan dibelain, Kang ! Orang tak tahu diri macam dia harus diberi pelajaran ! nggak ada kapoknya ya ! Dan ini bukan urusan poligami !

Merdhah :
Stop ! Karena Kang Sengut sudah minta perlindungan ya biar aku yang ngurusi ! Nah mari kita minum dulu di beranda , nanti kalau napas kita sudah tertata , kepala dan keringat kita sudah mendingin, barulah kalian ceritakan apa yang terjadi !

Palet :
Begini lho , sebenarnya ini bukan soal Sengut yang suka kawin cerai tetapi dia semena – mena pinjam keris kami , dan tidak segera dikembalikan, nah hari ini kami tagih di rumahnya , kemudian tidak ada kata sepakat malah ngajak playon dengan kondisi balung tuwek begini !

Sebul  :
Bagimana kami tidak sewot, keris Pulanggeni pujaan saya dikembalikan dalam bentuk luk tiga yang katanya menjadi jangkung versi Jenggala, ngerti nggak kalau keris tersebut tadinya luk lima entah bagaimana bisa prothol sepertiganya, Mesakke lagi kang Palet kerisnya dhapur kalamisani katanya mau ditawarkan kepada konsumen berkantong tebal, eeee….. malah berubah menjadi keris memper dapur pasupati. Ya kami minta ganti sebesar rupiah yang telah kami keluarkan, dan dia tidak mau. Malah dia minta uang untuk nomboki keris pengganti konon keris tersebut hasil rekomendasi dukun top, dan dia keluar uang puluhan juta untuk itu ! Ora sudi , … kalau tidak diganti dengan yang sedhapur dan sama tangguhnya maupun pamornya sida tak glitho !

Sengut :
Lha suruh ngganti macam begitu ya angel ! Lagian keris itu kan mau saya coba ampuhnya  dengan diadu antar senjata, bukankah keris biasa untuk perang ? Nah begitu tak jajal gapruk – gapruk malah prothol wilahnya sedang yang lain hancur kembang kacangnya , berarti tidak ampuh. Lebih hebat hasil menyedotnya mbah Kabur Kanginan, yang aku pakai ngiris kawat aluminium bisa putus !

Merdhah :
Nah , Kang Sengut bikin ulah lagi kan ? Orang sekampung sudah sangat risih dengan kelakuan sampeyan yang nggrathil dan sok . Merusak milik orang lain merupakan ranah hukum pidana sedangkan soal pinjam meminjam bisa diperdatakan !

Sengut :
Lho aku kan njajal dan uji coba saja dalam rangka penelitian ampuh apa nggak, klo dibilang merusak aku sudah berusaha ngganti dengan yang aku miliki, bahkan kalau dihitung pengeluaranku lebih banyak , ya sudah sepantasnya kalau aku minta tombokan.

Palet :
Keris kalamisaniku belum lunas aku membayarnya, kalau ditarik ulang oleh pemiliknya dan sudah berubah ... sang pemilik tentu tidak mau dan tetap minta segera dilunasi, susah aku karena nggak punya uang . Janji Sengut untuk menjualkan dengan keuntungan 400 persen sungguh menggiurkan makanya aku percaya saja, eee … jadinya kok malih keris owah – owahan.

Sengut :
Lho bukankah keris pasupati lebih popular daripada dhapur kepunyaanmu, biar laku aku kreasikan dalam bentuk itu. Sedangkan keris yang prothol aku emper dengan dhapur jangkung, termasuk bagian bagian yang gumpil reges aku besut dengan amplas saja. Dengan demikian aku bisa mendeklarasikan diriku sebagai mpu keris dari kampung ini dengan spesialisasi urusan daur ulang !
Makanya kalau disuruh ngganti uang ntar dulu coba aku dialog dulu dengan  keris kalian, kalau diganti sepadan atau nggak  ? dan kelihatannya kalian yang harus nombok !

Merdhah :
Sudah bersalah tidak mau mengakui, malah ndobol liwat cangkem, ora idhep isin ! Pertama keris itu merupakan karya tunggal artinya seorang mpu membabar keris tidak mungkin bisa sama walaupun dhapur dan pamornya diupayakan sama , apalagi bila mpu itu sudah meninggal tidak akan ada yang menyamai. Kedua , sampeyan menyebut diri Empu keris , tinemu saka ngendi ? pekerjaan menempa saja tidak ngerti , jenis jenis besi tidak tahu, pakem ricikan dan dhapur tidak menguasai apalagi blak keris versi masing masing jaman. Belum lagi pakem pamor yang  model maupun cara penggarapannya yang berbeda-beda, dan sampeyan agaknya tidak pernah dengar tentang teknik drip, cacah , gebag dan gedhig, macam begitu sampeyan mangsa mudhenga ! sudah jangan sok ! Gelar Mpu itu diberikan oleh raja atau masyarakat yang tahu bahwa orang tersebut pekerjaannya membuat tosan aji bukan alat pertanian apalagi tukang ngowahi!

Sebul  :
Pokoknya kalau kang Sengut tidak mengganti dengan uang sesuai nominal pengeluaran kami mau tak ambil barang yang ada mbuh tv color atau mesin cuci tak angkut !

Merdhah :
Kesenengen Kang Sengut ... , tontonan dia setiap hari cuma thole yang hobi nangis, sedangkan cuciannya selalu diselesaikan Iyem , kalau mau , bawa saja mereka ditanggung kamu makin repot. Sudahlah nanti saja biar kang Sengut dijemput yang berwajib untuk menyelesaikan tanggung jawabnya .

Sengut :
Wah jangan dong ...! oke aku mengaku salah , tapi nunggu aku kalau panen salak ya !

Sebul :
Kapan kamu panen salak ? nanam salak saja nggak apalagi kebunnya, sudah sesuai dengan kenyataannya saja , aku nunggu sampai kamu punya uang !

Merdhah :
Nah ini pelajaran bagi kita semua, untuk menjadi pelestari tosan aji kita harus bersungguh sungguh, artinya tidak mengelabui orang tentang tangguh, utuh dan garapnya  sebuah tosan aji, demikian pula untuk mendapatkan koleksi pusaka nggak perlu nyacat, yang ujung ujungnya pengin mendapatkannya dalam harga yang murah itu tidak adil. Kita bisa saja berdagang sambil ngleluri tosan aji dengan memberikan apresiasi kepada masyarakat dan menyediakan kebutuhan akan tosan aji dengan informasi yang benar, apa bila kita menginginkan tosan aji dengan mutu yang lebih baik untuk koleksi dan bahan belajar , maka kita bisa melepas sebagian milik kita untuk modal mendapatkannya, saran saya ada baiknya kalau tosan dari kita digulirkan kepada teman dengan demikian kita masih bisa memantaunya.

Sebul :
 Kang Sengut sering lho mengeluarkan sertifikat keris dari kelompok tertentu dan kemudian kerisnya laku keras dan mahal !

Merdhah :
Biasanya mpu jaman dulu bekerja atas pesanan kraton atau untuuk persembahan kepada sang raja yang kemudian hasil karya itu di berikan kepada kerabat maupun ponggawa , dan tentunya keris tersebut didata dalam daftar pusaka kraton, sedangkan bila yang memesan itu adalah pihak luar kraton maka akan ada laporan dari mpu ke pihak kraton tentang  hasil karyanya. Jadi sebenarnya sertifikat tersebut dikeluarkan oleh pihak  kraton pakai nomor  registernya lho ! persis seperti  senjata api dan samurai. Meskipun kemudian sebuah pusaka dibuat putran setahu saya harus seijin pemilik pusaka yang mau diduplikat dan tentunya harus melapor supaya tercatat dalam daftar kraton , dalam perkembangan lebih lanjut di luar kraton ada juga yang memesan secara sembunyi – sembunyi memesan keris untuk kepentingan pribadi dan tidak terdaftar , keris semacam inilah yang kemudian menjadikan rucah dan tidak ada dalam daftarnya dan kualitas garapnya akan dinomor sekiankan dengan lebih mengetengahkan isue magis , lihat saja perbedaan cara pandang terhadap keris pamengkang jagad orang kraton mengatakan jelek tetapi orang luar mengatakan hebat , padahal bagi empu hal itu adalah karena misproduct Dengan demikian terdapat dua kubu yakni keris kraton dan keris di luar kraton yang sebenarnya lebih berfungsi sebagai media karya bagi calon Mpu keris, meski demikian prinsip bahwa tosan aji harus terdaftar. Kita ingat saja penyerahan senjata api baik rakitan sendiri maupun hasil selundupan pabrik luar negeri oleh GAM kepada pemerintah RI merupakan bukti bahwa senjata dan pusaka adalah milik negara.
Sedangkan Kang Sengut menjadi penangguh dalam sertifikat versinya saya nggak ngerti,  kelihatannya dia tidak belajar untuk itu tahu-tahu didhapuk menjadi penangguh upahan , kok aneh jadinya ? Melihat perilaku dia yang tidak paham tentang  fungsi dan filosofi keris aku malah gumun ?

Sengut :
Apa salahnya kalau aku dan kompanionku ikutan dalam mendata keris yang beredar di masyarakat ? Dan sekedar tanya apa ada fungsi lain dari keris ?

Merdhah :
Kalau sekedar mendata kemudian melaporkan kepada pihak kraton sambil menjadi perantara dalam pemberian register dan sertifikatnya boleh saja, tetapi kalau mengeluarkan sertifikat dan register sendiri tidaklah memiliki dasar yang benar. Keris dalam perkembangannya memiliki berbagai fungsi antara lain fungsi sejarah , status personal, spiritual, dan komersial nah fungsi yang terakhir inilah  membuat keris tua  maupun keris baru yang hight quality makin langka , berubah menjadi keris rucah , owah-owahan , rekayasa baru menjadi lama maupun keris kodian baru dengan mutu ecek ecek yang bumbu mistisnya yahud atau ngaku aku dari kraton plus register yang diragukan.

Sengut :
Lho bukankah keris bisa dijadikan  sipat kandel seseorang ditujukan agar  ampuh dalam perangnya, yang tentunya keris dibuat untuk membunuh dalam perang itu , menurutku itulah fungsi mistis dan spiritualnya.

Merdhah :
Ngawur, fungsi spiritual itu hanya sebagai alat upacara , yang berarti pelengkap sajen untuk mencukupi unsur metal besi dari delapan unsur yang biasanya dipersembahkankan. Wah kalau kalian mau melihat atraksi keris yang bisa standing pada kudup atau sebaliknya pada pesinya tentu akan menganggap  bahwa keris tersebut sakti , yang pada kenyataannya , orangnya yang diberi kelebihan untuk memindahkan energi ke benda mati. Sedangkan keris sebagai senjata pamungkas aku bisa menjelaskan begini bahwa kalau dalam keadaan terpaksa sudah tidak ada senjata lain apaboleh buat , kemudian dipakai  untuk mempertahankan nyawa.

Palet  :
Lho tidak seperti yang di cerita sinetron tv itu ? kelihatannya kok heroik dengan menyandang keris, bahkan klo ada pemeran dukun kok tidak serem bila tampil tanpa keris yang lucunya hulu keris jawa kok madhep ke godongan warangka.

Merdhah :
Sudahlah tidak perlu mengkorek kesalah di luar kita, yang lebih penting tatalah niat dan sadari kapan kita harus komersial dan kapan kita berkewajiban seperti para pelestari budaya ! toh kita ini masih anut grubyug ora ora ngerti rembug. Bahkan seperti anak kerbau yang ikutan mejeng di malam minggu.

Ucapan akhir ini membuat Sengut makin merengut, dilihatnya orang di sekeliling seolah makin jauh dirinya, terbersit keinginan untuk melupakan dan terlewati hari ini dengan segera sebab baginya jauh api dari panggang, memang sih nggak bakalan gosong, tapi jiwanya kosong, untuk mengisinya dengan kembali bercengkerama antar sesama panakawan seperti dulu, gengsi ah ... ,  kosong ... isi ... , kosong ... isi ... , kosong ....

oo0oo